Rabu, 02 Desember 2009

Forgiven, but not Forgoten

Forgiven, but not Forgoten !

Pernyataan itulah yang sering kita dengar.
Dan ini memang satu kenyataan yang tidak bisa dipungkiri,
karena satu kebohongan besar apabila seseorang yang telah disakiti entah sekecil apapun juga;
bisa melupakan kejadian tersebut.

Hanya bedanya tidak melupakan
bukannya berarti harus di ingat terus menerus.

Apakah anda tahu,
bahwa pada umumnya kita akan lebih mudah
untuk dapat memaafkan seorang musuh,
daripada memaafkan orang yang kita kasihi.

Pada saat kita belum mampu memaafkan
otomatis kejadian-kejadian yang menyakitkan tersebut
akan selalu menghantui kita siang dan malam.

Tetapi setelah kita bisa memaafkan tidurpun bisa tenang
dan tidak akan terganggu lagi oleh mimpi2 buruk.

Memaafkan bukannya berarti harus melupakan kejadian tersebut
ataupun mengakui bahwa apa yang mereka lakukan itu benar !

Tidak sama sekali, yang salah tetap salah dan tidak bisa dibenarkan,
hanya bedanya pada saat kita; memaafkan berarti kita tidak mau mengingatnya lagi.

Enak aja, Gw yang disakiti selama bertahun-tahun, apakah harus dimaafkan secara begitu saja,
seperti juga pepatah panas setahun dihapus oleh hujan sehari !
Disinilah letak kesalahan pemikiran anda !

Keuntungan utama dari memaafkan, bukannya untuk orang yang bersalah kepada kita
melainkan untuk diri kita sendiri.
Melalui memaafkan kita dapat melepaskan seluruh beban sakit hati kita;
maupun stress yang membebani dan menyiksa diri kita selama ber-bulan2,
bahkan ber-tahun2.

Dengan memaafkan hati dan pikiran kita bisa jadi langsung plong lepas dari segala beban sakit hati ini !
Tanya saja sama diri sendiri,
apakah anda senang dengan adanya siksaan yang anda rasakan sampai dengan sekarang ini ?

Tiap kali teringat akan kejadian tersebut
sama seperti luka yang digarami dan diberikan cuka terus-menerus,
sehingga luka batinnya akan terasa nyeri terus
dan sampai kapanpun juga tidak akan bisa sembuh !

Obat mujarab dari luka batin yang benar2 cespleng hanya ada satu saja ialah:
Memaafkan!

Prinsip hidup yang saya pegang ialah:
saya tidak akan bisa merubah orang lain,
tetapi saya bisa merubah diri saya sendiri.
Saya tidak akan bisa merubah perasaan dari orang pernah menyakiti hati saya,
tetapi saya bisa merubah perasaan saya sendiri,
dengan memaafkan,
sebab memaafkan itu adalah pilihan.

Forgiveness Is a Choice,
memaafkan itu adalah pilihan yg hanya bisa ditentukan oleh Anda sendiri.
Bagi mereka yg tidak bisa dan tidak mau memaafkan,
maka mereka akan tersiksa,
karena pikiran dan batinnya akan selalu kotor,
disamping itu hubungan dgn yg bersalah pun akan selalu tetap buruk sehingga
luka batinnya hingga kapan pun juga tidak akan mungkin bisa dipulihkan lagi.

Lucu tapi nyata, kita bersedia mengorbankan segala-galanya mulai dari waktu hingga uang
untuk bisa sembuh dari penyakit jasmaniah,
tetapi sakit batin kita; tetap kita pelihara.
Padahal untuk bisa sembuh tidak perlu bayar entah berupa uang maupun waktu.

Orang yang dapat memaafkan kesalahan seseorang adalah orang yang baik,
sedangkan yang dapat memaafkan dan melupakan kesalahan seseorang adalah orang yang bijak,
tetapi orang yang dapat memaafkan dan melupakan kesalahan seseorang sebelum
orang tsb minta maaf adalah orang yang memiliki sifat illahi.

Hal ini telah dilakukan oleh Sang Penyelamat dan Guru Agung kita
dimana Ia berkata: Ya Bapa, ampunilah mereka,
sebab mereka tidak tahu apa yang telah
mereka perbuat.” (Lukas 23:34)

Dan juga Stefanus yang dapat mengampuni orang-orang yang membunuhnya.
“Sambil berlutut ia berseru dengan suara nyaring:
“Tuhan janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!”
(Kisah 7:60)

————————————————

Ada sebuah cerita mengenai dua orang sahabat yang berjalan melalui gurun pasir.
Pada suatu kali dalam perjalanan itu, mereka bertengkar,
dan salah seorang dari mereka menampar pipi yang lain.

Orang yang mendapat tamparan terluka hatinya, tapi dengan tanpa mengatakan sepatah kata pun,
ia menulis di pasir: “HARI INI TEMAN BAIKKU MENAMPAR PIPIKU”.

Mereka melanjutkan perjalanan sampai menemukan sebuah oasis,
dimana mereka memutuskan untuk mandi di sana.
Waktu itu orang yang menerima tamparan dan sakit hatinya, tenggelam
dan temannya berhasil menyelamatkannya.
Setelah pulih dari rasa takutnya,
ia menulis di sebuah batu: “HARI INI TEMAN BAIKKU MENYELAMATKAN NYAWAKU”.

Teman yang telah menampar dan menyelamatkan sahabatnya, bertanya,
“Mengapa setelah saya menyakitimu kamu menulis di pasir, dan sekarang kamu menulis di batu?”

Yang ditanya tersenyum dan menjawab:

“Saat seorang teman menyakiti kita, kita harus menuliskannya di pasir,
dimana angin maaf akan bertugas menghapusnya,

dan saat sesuatu yang hebat terjadi,
kita harus memahatnya di batu kenangan di hati, dimana tidak ada angin yang dapat menghapusnya.”

Belajarlah untuk menulis di pasir.

0 komentar:

Posting Komentar